SURYA EKA TABARA
JURUSAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
SUSUNAN SARAF PUSAT
1. Fungsi Bagian-Bagian dari Otak Katak
2. Aksi Integratif dari Susunan Saraf
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seluruh sistem saraf dapat dibagi menjadi Dua bagian besar, yaitu sistem saraf pusat ( Central Nervous System/CNS ), yang mencakup otak dan corda spinalis dan sistem saraf perifer ( Peripheral Nervous System/PNS ) yang mencakup saraf kranial, saraf spinal, dan saraf otonom.
Tiap bagian susunan saraf pusat mempunyai saraf tertentu. Dengan merangsang ( fasilitasi ) atau menghambat ( inhibisi ) bagian-bagian tertentu dari otak dan kemudian mengamati reaksi-reaksi yang timbul, dapat diambil kesimpulan yang tepat mengenai fungsi bagian-bagian tersebut.
Apabila suatu bagian tubuh dirangsang, maka bukan bagian tubuh itu saja yang bereaksi terhadap rangsangan tersebut, tetapi dapat juga bagian-bagian tubuh yang lain. Hal ini terjadi karena suatu reseptor dirangsang cukup kuat, maka rangsangan tersebut diteruskan melalui saraf afferen berpusat. Dipusat rangsangan diteruskan kebeberapa saraf asesori menuju kebeberapa saraf afferen dan lebih dari satu afektor. Jadi, bila saraf afferen terangsang,efektor-efektor tersebut akan serempak bereaksi.
1.2 Tujuan
Ø Mempelajari fungsi bagian-bagian otak katak dengan menghilangkan bagian-bagian otak tersebut dan mengamati reaksi yang timbul. Pengamatan dilakukan pada katak normal, katak deserebrasi, dan katak spinal.
Ø Mempelajari reaksi-reaksi integratif beberapa bagian tubuh pada perangsang suatu bagian tubuh lainnya.
BAB II TINJAUNAN PUSTAKA
Sel saraf bekerja dengan cara menimbulkan dan menjalarkan implus ( potensial aksi ). Inplus dapat menjalar pada sebuah sel saraf, tetapi juga dapat menjalar ke sel lain dengan melintasi sinaps dapat terjadi dengan cara transmisi elektrik atau transmisi kimiawi ( dengan bantuan neurotransmitter ).
BAB III METODE PRAKTEK
3.1 Alat dan Bahan
Ø katak normal
Ø alat diseksi
Ø skalpel
Ø gunting
Ø pinset
Ø baskom berisi air
Ø stopwatch/arloji tangan
Ø sonde, klem arteri
Ø induk torium
Ø gunting kertas
1 cm2
Ø asam cuka 10%
Ø papan gabus
Ø tali
Ø kawat kuning
Ø beker glass
Ø asam sulfat 0.2% & 0,4%
3.2 Metode
1.Fungsi bagian-bagian dari otak katak :
a. katak normal,
- sikap badan ( posture )
- gerakan-gerakan spontan
- keseimbangan badan ( reflek bangkit )
- kemampuan berenang
- frekuensi nafas (amati gerakan bagian dasar mulut )
- frekuensi denyut jantung ( amati gerakan lembut pada bagian sentral disebelah posterior garis yang menghubungkan kedua kaki depan jika direnggangkan )
b. katak deserebrasi,
Dengan skalpelruncing yang tajam,potong dengan cepat otak melintang sepanjang suatu garis yang menghubungkan tepi-tepi interior dari kedua gendang telinga ( membrana timpani ) yang terletak dibelakang dan dibawah kedua mata. Tunggu 10-15 menit agar katak bebas dari keadaan shock. Kemudian dicatat reaksi-reaksi seperti pada katak normal.
c. katak spinal,
serebelum dan medula oblongata dirusak dengan menusukkan jarum penusuk otak kira-kira 1-1¼ cm kebelakang dari tempat pemotongan terakhir, putar kawatnya untuk merusak tenunan sarafnya. Berikan waktu untuk kembali dari shock.
2. Aksi integratif dari susunan saraf :
a. katak normal,
- keseimbangan ( diletakkan pada punggungnya )
- reaksi pada pengangkatan tiba-tiba ( katak diletakkan diatas papan dan papan diangkat beserta kataknya dengan gerakan tiba-tiba )
- reaksi terhadap putaran papan dengan katak kondisi kelopak mata ( sinar mata )
- sikap badan ( posisi tubuh nrmal )
- gerakan-gerakan spontan
- frekuensi nafas
- cara mengambang dan berenang diair
b. Hambatan terhadap reflek pada katak normal, kedua kaki depan katak diikat dengan tali erat-erat, ulangi prosedur pada A.
Hasil-hasilnya dicatat, dan diterangkan. Tali-talinya dilepas, katak dibiarkan kembali kekeadaan normal, lalu diulangi lagi prosedur A.
c. Rusakkan otak katak yang dipakai untuk B. Catat reaksi-reaksi seperti pada A
d. Reflek-reflek sederhana,
- gantung katak yang dipakai untuk C, melalui rahang bawahnya. Berikan cubitan sedang pada salah satu jari kakinya dengan penjepit. Catat reaksinya.
- jika sudah kembali tenang, ulangi dengan lebih kuat, catat hasilnya. Jika reaksinya terjadi sebelah badan yaxng sama,disebut homolateral,jika sebelah yang berlawanan disebut heterolateral atau kontralateral
3.3 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum pada pukul 16.00 s/d, 18 April 2016. Dilaboratorium biologi, Universitas Djuanda Bogor.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Hasil fungsi bagian-bagian dari otak katak
PERCOBAAN
|
SIKAP BADAN
|
GERAKAN SPONTAN
|
KESEIMBANGAN
|
KEMAMPUAN BERENANG
|
FREKUENSI NAFAS
|
FREKUENSI DENYUT JANTUNG
|
KATAK NORMAL
|
65̊̊
|
SPONTAN
|
SEIMBANG
|
NORMAL
|
70/1 MENIT
|
50/1 MENIT
|
KATAK YANG DISEREBRASI
|
45̊
|
SPONTAN
|
SEIMBANG
|
NORMAL
|
25/1 MENIT
|
22/1 MENIT
|
KATAK SPINAL
|
10̊
|
TIDAK SPONTAN
|
TIDAK SEIMBANG
|
TENGGELAM
|
15/1 MENIT
|
10/1 MENIT
|
PERCOBAAN
|
KESEIMBANGAN
|
MENGANGKAT PAPAN
|
KELOPAK MATA
|
SIKAP BADAN
|
GERAK SPONTAN
|
FREKUENSI NAFAS
|
MENGAMBANG/BERENANG
|
A. KATAK NORMAL
|
SEIMBANG
|
MELOMPAT
|
SEGAR
|
60̊
|
SPONTAN
|
95/ 1 MENIT
|
BERENANG
|
B. INHIBISI DENGAN IKATAN TALI
|
KURANG SEIMBANG
|
SULIT MELOMPAT
|
SEGAR
|
45̊
|
SPONTAN
|
60/1 MENIT
|
MENGAMBANG
|
TANPA TALI
|
SEIMBANG
|
MELOMPAT
|
SEGAR
|
30̊
|
SPONTAN
|
85/1 MENIT
|
BERENANG
|
KATAK SPINAL
|
KURANG SEIMBANG
|
MELOMPAT
|
SAYU
|
15̊
|
SPONTAN
|
16/1 MENIT
|
BERENANG
|
2. Hasil aksi integratif dari susunan saraf
PERCOBAAN
|
SUMSUM PUNGGUNG UTUH
|
SUMSUM PUNGGUNG DIRUSAK
|
D. REFLEK-REFLEK SEDERHANA
1. CUBITAN SEDANG,
2. CUBITAN KUAT.
|
-
-
|
-
-
|
4.2 Pembahasan
Ø Pada percobaan ini telah diukur dan diamati menggunkan katak normal yaitu, seperti tabel diatas. Katak yang diserebrasi mengurangi tingkat ketegakannya, menurunnya frekuensi nafas dan menurunnya frekuensi jantung. Pada katak spinal, ketegakan katak lebih normal dan juga tidak memiliki keseimbangan, gerak spontan pun hilang dan hilangnya kemampuan berenang yang dimiliki katak normal pada umumnya.
Ø Pada percoban kedua, telah diamati menggunakan katak normal yaitu seperti pada tabel. katak yang diinhibisi dengan ikatan tali, mengurangi keseimbangan pada katak, menurunkan sikap badan, menghilangnya respon dan kemampuan berenangnya/menjadi mengambang. Pada saat tanpa tali,katak kembali seperti katak normal,namun sikap badan menjadi tambahmunurun dan frekuensi nafas semakin meningkat. Dan pada saat spinal, keseimbangan katak menjadi tidak ada, kelopak mata menjadi sayu, sikap badan menurun drastis, frekuensi nafas menurun lebih bnyak dari pada saat katak diinhibisi dengan ikatan tali. Namun kemampuan berenangnya masih ada.
Pada percobaan reflek-reflek sederhana, saat sumsum punggung utuh. Pada cubitan sedang katak tidak merespon, dan pada cubitan kuat pun tidak merespon sedikit pun. Begitu juga pada saat sumsum punggung katak dirusak.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
- Pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada katak normal. Katak yg diserebrasi menurunkan sikap dadan hingga 20̊ pada katak normal, frekuensi nafas menurunn, begitu pula pada frekuensi denyut jantung. Kemudian pada katak spinal sikap badan menurun drastis, gerak spontan tidak ada, menjadi tidak seimbang, menghilangnya kemampuan berenang seperti katak normal yg lainnya, frekuensi nafas dan denyut jantung mengurang drastis.
- Pada tabel kedua, dapat disimpulkan pada tabel katak normal. Katak yang diinhibisi dengan tali, mengurangi keseimbangan, sulit melompat, sikap badan dan frekuensi nafas menurun, katak menjadi mengambang, namun kelopak mata masih segar dan masih spontan. Ketika tanpa tali, katak seperti katak normal, namun sikap badan menurun. Pada saat katak spinal, keseimbangan badan berkurang, kelopak mata sayu, sikap badan dan frekuensi nafas menurun drastis, namun kemampuan berenang masih normal, dan gerakan masih spontan.
- Pada reflek-reflek sederhana. Cubitan sedang, pada sumsum punggung utuh dan sumsum punggung dirusak tidak ada reflek sma sekali. Dan pada cupitan kuat pun tidak ada reflek sedikitpun.
DAFTAR PUSTAKA
Deden Sudrajat,Ir.,M.Si.Penuntun Praktikum Dasar Fisiologi Ternak. 2005. BOGOR : Universitas Djuanda