Senin, 23 April 2018

Laporan Ilmu Lingkungan Ternak

LAPORAN ILMU LINGKUNGAN TERNAK



PROGRAM STUDI PETERNKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR 2017/2018




BAB 1

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam dunia peternakan. Melalui lingkungan produktifitas suatu ternak dapat dicapai secara maksimal. Ternak memiliki lingkungan yang mencakup semua faktor yaitu faktor fisik, kimia, biologi, dan sosial yang ada di sekitar ternak.
Lingkungan selalu ikut dimana ternak itu berada. Lingkungan mikro atau mikroklmat adalah keadaan yang lebih mengarah pada kondisi ternak dimana diekspos secara langsung selama beberapa waktu tertentu. Lingkungan mikro ternak ini terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan biologi, lingkungan kimia dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik ternak meliputi suhu atau temperatur, kelembaban, curah hujan, angin, radiasi matahari, cahaya dan ketinggian tempat. Pengaruh dari unsur-unsur lingkungan fisik sangat besar pada ternak karena proses fisiologis ternak sangat sensitif terhadap perubahan unsur-unsur lingkungan fisik tersebut, maka perhatian umat manusia adalah pada kerja langsung unsur-unsur tersebut terhadap performans atau penampilan ternaknya. Unsur-unsur lingkungan fisik secara umum digambarkan sebagai jari-jari sebuah roda yang saling berinteraksi. Apabila pengaruh dari satu unsur mencapai ekstrim maka satu jari ini akan patah dan keseimbangan antara longkungan dan ternak akan tergangganggu.
Beberapa ternak secara spesifik memiliki karakteristik khusus yang mengharuskan ternak tersebut memiliki lingkungan yang sesuai agar ternak merasa nyaman. Sebab, jika ternak merasa nyaman, produktifitas yang diharapkan oleh peternak akan secara maksimal didapatkan. Seperti halnya di Indonesia, dimana ternak lokal memiliki ketahanan terhadap lingkungan yang lebih baik bila dibandingkan dengan ternak yang bukan lokal. Oleh sebab itu, perkembangan zaman membuat para ahli genetik untuk berfikir menciptakan persilangan yang biasa disebut “peranakan”. Ternak tersebut diciptakan agar dapat menyesuaikan dengan iklim atau lingkungan sekitar. Melalui laporan ini, diharapkan penulis dapat memberikan manfaat serta wawasan bagi pembaca agar lebih mengetahui peran penting dari faktor lingkungan terhadap hewan ternak.

 

1.2       Tujuan

Tujuan dibuatnya laporan “Pengaruh Lingkungan Terhadap Ternak” yaitu agar mahasiswa dapat memahami hubungan atau pengaruh lingkungan dengan kondisi tingkah laku, fisiologi, biologis, reproduksi, dan segala hal yang mencakup mengenai ternak. Sebab hal tersebut yang dapat meningkatkan performa dari suatu hewan ternak untuk mendapatkan hasil produktifitas yang diharapkan.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

Penampilan seekor ternak merupakan pengaruh dari faktor genetik yang didukung oleh faktor lingkungan serta interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik. Seekor ternak menampilkan produktivitas yang tinggi merupakan dukungan dari unsur tersebut secara maksimal. Iklim lingkungan terbagi atas dua bagian besar yaitu makrolimat (lingkungan makro) dan mikrolimat (lingkungan mikro). Lingkungan makro mengarah pada kondisi yang berlaku pada suatu wilayah atau negara sedangkan lingkungan mikro lebih mengarahkondisi dimana ternak diekspos secara langsung pada waktu-waktu tertentu. Lingkungan mikro ternak meliputi unsur-unsur lingkungan fisik, lingkungan biologi, lingkungan kimia dan lingkungan sosial. Unsur-unsur lingkungan fisik meliputi suhu udaraatau temperatur, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin, radiasi matahari, cahaya dan ketinggian tempat.

2.1       Lingkungan Fisik Ternak

Banyak komponen lingkungan yang mempengaruhi penampilan ternak, ditentukan oleh alam maupun manusia yang secara keseluruhan disebut sebagai lingkungan fisik. Untuk mencapai performans yang optimum pada Sapi, Domba dan Kerbau, tentunya  kita menginginkan lingkungan iklim dengan temperatur udara berkisar 130-180c, kelembaban relatif 60-70%, kecepatan angin 5-8 km/jam pada tingkat radiasi matahari yang sedang.
Temperatur, kelembaban relatif dan tingkat radiasi matahari yang berlaku dilintang antara 300LS-300LU, umumnya berada diatas kisaran ideal untuk menunjang efisiensi optimum dari penampilan ternak. Karena itu peternak harus mempertimbangkan cara memodifikasi dampak atau pengaruh dari lingkunganterhadap tampilan ternaknya. Sangatlah penting untuk banyak memahami bagaimana pengaruh berbagai unsur lingkungan fisik terhadap ternak baik secara langsung maupun interaksinya.
Usaha peternakan didaerah tropis umumnya dilaksanakan secara tradisonal. Pengusahanya secara kecil-kecilan dan tehkniknya meniru dari peternak terdahulu. Sistem peternakan yang demikian sangat tergantung pada kondisi lingkungannya. Lingkungan yang baik akan mempercepat laju perkembangan peternakan tetapi pada saat lingkungan jelek akan terjadi sebaliknya.
Untuk menghindari lingkungan fisik yang tidak mendukung, manusia sebagai peternak memerlukan pemikiran yang layak dalam mengetrap sistem manajemen yang baik. Lingkungan fisik yang mempengaruhi kehidupan ternak didaerah tropis dapat digambarkan sesuai dengan teori Bonsma 1958. Bonsma (1958) mengungapkan konsep roda pada peternakan tradisional, karena pada sistem peternakan tradisional ternaknya tidak dilindungi oleh faktor lingkungan. Peternakan diumpamakan sebagairoda, bila tidak ada gangguan maka roda akan menggelinding dengan mulus. Unsur-unsur lingkungan fisik ternak secara umum digambarkan sbagai jari-jari dari sebuah roda. Dalam ilustrasi ini manusia bertindak sebagai as roda, ternak sebagai pusat roda dan manajemen sebagai pelumas untuk menjaga roda tetap berputar, lingkaran permukaan roda menggambarkan lingkaran keseluruhan yang ditopang bentuknyaoleh jari-jari roda yang melambangkan pengaruh berbagai unsur lingkungan fisik tersebut. Arah anak panah melingkar menunjukkan interaksi penting diantara unsur-unsur tersebut, apabila pengaruh dari suatu unsur mencapai ekstrim maka satu jari-jariakan patah dan keseimbangan antara lingkungan dan ternak menjadi terganggu. Apabila ternak ditempatkan pada kondisi temperatur 80-100c diatas kisaran optimium maka roda akan mencerminkan tekanan atau depresi. Keadaan demikian membuatternak berada dalam tingkatan tidak nyaman dan menstimulir reaksi proses fisiolgi tertentu yang membawa perubaran tingkah laku, yang mencakup menurunnya  feedintake dan sejumlah pengurangan efisiensi nisbah input dan output energi. Dampak utama perubahan temperatur tidak langsung bereaksi tetapi melaui jalur tidak langsung. Apabila kondisi temperatur yang tinggi berlangsung terus, maka pengaruh tidak langsung terhadap ternak harus melalui ketidakcukupan atau minimnya pakan, penyakit dan parasit akan membuat roda tersebut roboh. Apabila beberapa jarinya hancur  maka lingkungan yang demikian membuat ternak menjadi kurangmenguntungkan baik efisiensinya maupun total produktivitasnya.

2.2       Faktor Pengaruh Produktivitas Penampilan Ternak

2.1.1    Temperatur (Suhu Udara)

Temperatur  udara sangat penting sebagai faktor bioklimatik dalam lingkungan fisik ternak. Temperatur udara disekitar ternak sangat penting untuk kenyamanan ternak dan fungsi-fungsi proses fisiologisnya. Secara normal panas tubuh ternak akan dilepas secara konduksi melalui permukaan kulit (panas ternak 330c) ke udara yang lebih dingin disekitarnya. Tetapi temperatur udara yang berada diatas kisaran kenyamanan (130-180c) maka pelepasan panas menurun dan apabila temperatur  udara melebihi temperatur kulit maka aliran panas akan terjadi berlawanan arah. Temperatur dapat membuat ternak hidup nyaman, kepanasanmaupun kedinginan. Ternak yang hidup didaerah tropis umumnya banyak yang kepanasan, sumber panas selain dari matahari adalah pancaran panas dari tanah. Pancaran panas dari tanah kering paling besar terjadi pada sore hari, yang mana waktu tersebut bersamaan dengan mulainya ternak yang akan digembalakan. Didaerah yang agak kering (semi arid) dan kering (arid) temperatur udara mencapai di atas 400c. Temperatur tersebut sangat mencekam kehidupan ternak terutama pada bagian tubuh sebelah bawah (ventral). Walaupun demikian panas yang berasal dari pantulan tanah cepat menghilang atau menurun, karena matahari juga cepat tenggelam, inipun memberikan keuntungan pada ternak untuk melepas dengan cepat panas tubuh yang tertimbun dengan cara konduksi ke tanah yangsudah dingin. Cekaman yang berlangsung terus-menerus mengakibatkan  kaki ternak menjadi panjang dan tubuhnya tidak dapat gemuk seperti halnya ternak-ternak di daerah dingin.
Pola temperatur udara yang berlaku juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Temperatur  udara cenderung menurun 0,650setiap 100 m kenaikan tinggi tempat dari permukan  laut. Kecepatan angin dan sumber angin mempunyai arti penting terhadap tempertatur udara yang berlaku.

2.1.2    Kelembaban Udara

Kelembaban udara bersama-sama dengan temperatur udara berpengaruh terhadap fisiologis ternak. Temperatur udara tinggi, kelembaban tinggi maupun temperatur udara rendah dan kelembaban udara rendah tidak baik bagi kehidupan ternak. Temperatur optimal untuk ternak 130c-180c ( McDowell,1977) dan 220c-270c ( Ames dan Ray,1983) dengan kelembaban udara sedang maka akan menghasilkan daerah yang nyaman bagi kehidupan ternak. Pelepasan udara pada tubuh ternak dapat dilakukan secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Pelepasan udara tubuh yang bergantung pada kelembaban udara adalah secaraevaporasi. Pelepasan udara secara evaporasi dapat dikeluarkan melalui permukaan kulit ataupun saluran pernapasan. Kelambatan atau kecepatan pelepasan tubuh secara evaporasi akan mengganggu keseimbangan panas tubuh. Alat untuk mengukur kelembaban udara yang sederhana dapat berupa pola basah dan bola kering.
Alat pengukur kelembaban , tekanan dan tempertur udara sudah banyak diperjual-belikan. Dengan alat ini kita dapat mengidentifikasi daerah kenyamanan. Kelembaban udara maksimum terjadi pada pagi hari sedang kelembaban udara minimum dicapai pada sore hari. Ternak yang selalu ada didalam kandang perlu diperhatikan kelembabannya.

2.1.3    Energi Radiasi

Ternak di daerah tropis perlu diadakan pengontrolan keseimbangan panas tubuhnya. Radiasi yang datang bisa berasal dari matahari, hewan, tumbuhan dan benda-benda lain yang memantulkan sinar. Energi radiasi yang diterima saling di pantulkan, sehingga menyebabkan suhu udara menjadi meningkat. Secara umum energi radiasi mempunyai korelasi negatif dengan kelembaban, tetapi level radiasi mempunyai korelasi positif dengan temperatur maksimum. Permukaan yang berwarna putih banyak memantulkan sinar, bagi ternak yang berbulu putih lebih tahan di gembalakan dari pada yang berwarna lainnya. Ternak yang berwarna hitam lebih mudah terengah-engah sewaktu berada di padang pengembalaan yang terkena sinar matahari langsung.

2.1.4    Gerakan Udara

Pergerakan udara dapat juga disebut angin. Angin bergerak dari daerah padat arah udara renggang. Angin membawa panas tubuh ternak melalui pergerakannya. Laju gerakan udara bergerak di atas permukaan kulit ternak mempengaruhi laju pelepasan panas tubuh. Pelepasan panas tubuh ternak akan sulit dibawa angin apabila bulu tubuh tidak dapat di tembus atau banyak  kotoran yang melekat. Pelepasan panas tubuh ternak secara evaporasi sangat bergantung pada cepat atau lambatnya pergerakan udara di sekitar tubuh ternak. Pelepasan panas tubuh ternak akan mudah terjadi jika suhu udara sedang dan kecepatan angin tinggi. Angin akan membawa panas tubuh secara konduksi sepanjang temperatur udara rendah bila dibandingkan temperatur permukaan kulit. Akan tetapi jika pergerakan udara semakin meningkat maka radiasi matahari menjadi bertambah. Angin yang mempunyai kecepatan sekitar  8 km/jam-16 km/jam didaerah panas penting untuk menolong ternak yang tercekam panas. Angin yang berhembus di malam hari dengan kecepatan sekitar 8 km/jam-16 km/jam kurang menguntungkan bagi kehidupan ternak di daerah tropis.

2.1.5    Curah Hujan

Akibat curah hujan, kelembaban dalam kandang meningkat yang akan mengganggu kehidupan ternak. Disamping itu selama musim hujan banyak mineral tanah yang  tercuci.  Akibatnya tidak sedikit hijauan makanan ternak yang kekurangan mineral. Selama terjadi hujan, matahari kurang terang bahkan tidak mengeluarkan atau menghasilkan cahaya ke bumi. Kekurangan sinar matahari menyebabkan sistem lain menjadi terhambat. Pola hujan musiman sangat penting bagi ternak karena;
a)      Jumlah pakan yang dapat diproduksi.
b)      Panjang waktu hijauan mempertahankan kualitas.
c)      Praktek penggembalaan dapat dilakukan.
d)      Kebutuhan akan penyiraman dan suplai pakan suplemen.
e)      Tipe pengawetan pakan yang paling sesuai.

2.1.6    Cahaya

Periode cahaya dalam satu hari dinamakan foto periode dan didefenisikan  sebagai waktu  matahari terbit dan terbenam. Cahaya sinar matahari secara fisiologis mempengaruhi tubuh ternak, cahaya yang diterima oleh mata ternak disalurkan ke hipotalamus yang dapat mensekresi hormon yang dapat berfungsi untuk melestarikan hormon-hormon lain yang di keluarkan oleh target organ. 

2.1.7    Tekanan Udara

Di daerah tropis tekanan udara tergantung pada letak daerah. Daerah ditepi pantai tekanan udaranya lain dengan yang berada di pegunungan. Menurunnya tekanan atmosfir akan merangsang jumlah konsumsi, tetapi jika tekanan tinggi sebagian makanan yang normal diberikan tidak akan dimakan ternak. Pengembangan peternakan dengan memperhatikan unsur-unsur lingkungan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas.

BAB III

KESIMPULAN

Melalui pembahasan mengenai peran lingkungan terhadap ternak, dapat disimpulkan bahwa lingkungan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan khususnya oleh peternak dan umumnya oleh kita sebagai pembaca. Aspek pengaruh produktivitas  seperti temperatur, kelembaban udara, cahaya, dan lainnya seringkali dihiraukan oleh peternak karena adanya keterbatasan. Padahal faktor tersebut merupakan lingkaran yang berkaitan dan harus mendukung satu sama lain agar tercipta performa ternak yang maksimal, seperti yang diharapkan oleh semua pihak terutama peternak itu sendiri.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Hahn, G.L. 1985. Management and Housing of Farm Animal in Hot Environment. In: Stress Physiology of Livestock. Vol. 1. M.K. Yousef (Ed). CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida. P. 159 -168.
McDowell, R.E. 1972. Improvement of Livestock Production in Warm Climate. W.H. Freeman and Company, San Frascisco.p.1-128.
 

Tidak ada komentar: