LAPORAN ILMU LINGKUNGAN TERNAK
PROGRAM STUDI PETERNKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR 2017/2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan
merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam dunia
peternakan. Melalui lingkungan produktifitas suatu ternak dapat dicapai secara
maksimal. Ternak memiliki lingkungan yang mencakup semua faktor yaitu faktor
fisik, kimia, biologi, dan sosial yang ada di sekitar ternak.
Lingkungan
selalu ikut dimana ternak itu berada. Lingkungan mikro atau
mikroklmat adalah keadaan yang lebih mengarah pada kondisi ternak dimana diekspos secara langsung
selama beberapa waktu tertentu. Lingkungan mikro ternak ini terdiri dari lingkungan
fisik, lingkungan biologi, lingkungan kimia dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik ternak meliputi suhu atau temperatur,
kelembaban, curah hujan, angin, radiasi matahari, cahaya dan ketinggian tempat.
Pengaruh dari unsur-unsur lingkungan fisik sangat besar pada ternak karena
proses fisiologis ternak sangat sensitif terhadap perubahan unsur-unsur
lingkungan fisik tersebut, maka perhatian umat manusia adalah pada kerja
langsung unsur-unsur tersebut terhadap performans atau penampilan ternaknya.
Unsur-unsur lingkungan fisik secara umum digambarkan sebagai jari-jari sebuah
roda yang saling berinteraksi. Apabila pengaruh dari satu unsur mencapai
ekstrim maka satu jari ini akan patah dan keseimbangan antara longkungan dan
ternak akan tergangganggu.
Beberapa ternak secara spesifik memiliki karakteristik khusus
yang mengharuskan ternak tersebut memiliki lingkungan yang sesuai agar ternak
merasa nyaman. Sebab, jika ternak merasa nyaman, produktifitas yang diharapkan
oleh peternak akan secara maksimal didapatkan. Seperti halnya di Indonesia,
dimana ternak lokal memiliki ketahanan terhadap lingkungan yang lebih baik bila
dibandingkan dengan ternak yang bukan lokal. Oleh sebab itu, perkembangan zaman
membuat para ahli genetik untuk berfikir menciptakan persilangan yang biasa
disebut “peranakan”. Ternak tersebut diciptakan agar dapat menyesuaikan dengan
iklim atau lingkungan sekitar. Melalui laporan ini, diharapkan penulis dapat
memberikan manfaat serta wawasan bagi pembaca agar lebih mengetahui peran
penting dari faktor lingkungan terhadap hewan ternak.
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya
laporan “Pengaruh Lingkungan Terhadap Ternak” yaitu agar mahasiswa dapat memahami hubungan atau
pengaruh lingkungan dengan kondisi tingkah laku, fisiologi, biologis,
reproduksi, dan segala hal yang mencakup mengenai ternak. Sebab hal tersebut
yang dapat meningkatkan performa dari suatu hewan ternak untuk mendapatkan
hasil produktifitas yang diharapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
Penampilan
seekor ternak merupakan pengaruh dari faktor genetik yang didukung oleh faktor lingkungan serta interaksi antara faktor lingkungan
dan faktor genetik. Seekor ternak menampilkan produktivitas yang tinggi
merupakan dukungan dari unsur tersebut secara maksimal. Iklim lingkungan terbagi atas dua bagian besar
yaitu makrolimat (lingkungan makro) dan mikrolimat (lingkungan mikro). Lingkungan makro
mengarah pada kondisi yang berlaku pada suatu wilayah atau negara sedangkan lingkungan
mikro lebih mengarahkondisi dimana ternak diekspos secara langsung pada
waktu-waktu tertentu. Lingkungan mikro ternak meliputi unsur-unsur lingkungan
fisik, lingkungan biologi, lingkungan kimia dan lingkungan sosial. Unsur-unsur
lingkungan fisik meliputi suhu udaraatau temperatur, kelembaban, curah hujan,
kecepatan angin, radiasi matahari, cahaya dan ketinggian tempat.
2.1 Lingkungan Fisik Ternak
Banyak komponen lingkungan yang
mempengaruhi penampilan ternak, ditentukan oleh alam maupun manusia yang
secara keseluruhan disebut sebagai lingkungan fisik. Untuk mencapai
performans yang optimum pada Sapi, Domba dan Kerbau, tentunya kita
menginginkan lingkungan iklim dengan temperatur udara berkisar 130-180c,
kelembaban relatif 60-70%, kecepatan angin 5-8 km/jam pada tingkat radiasi matahari
yang sedang.
Temperatur, kelembaban relatif
dan tingkat radiasi matahari yang berlaku dilintang antara 300LS-300LU,
umumnya berada diatas kisaran ideal untuk menunjang efisiensi optimum dari
penampilan ternak. Karena itu peternak harus mempertimbangkan cara
memodifikasi dampak atau pengaruh dari lingkunganterhadap tampilan ternaknya.
Sangatlah penting untuk banyak memahami bagaimana pengaruh berbagai unsur
lingkungan fisik terhadap ternak baik secara langsung maupun interaksinya.
Usaha peternakan didaerah tropis
umumnya dilaksanakan secara tradisonal. Pengusahanya secara kecil-kecilan
dan tehkniknya meniru dari peternak terdahulu. Sistem peternakan yang
demikian sangat tergantung pada kondisi lingkungannya. Lingkungan yang baik
akan mempercepat laju perkembangan peternakan tetapi pada saat
lingkungan jelek akan terjadi sebaliknya.
Untuk menghindari lingkungan fisik
yang tidak mendukung, manusia sebagai peternak memerlukan pemikiran yang
layak dalam mengetrap sistem manajemen yang baik. Lingkungan fisik yang
mempengaruhi kehidupan ternak didaerah tropis dapat digambarkan sesuai
dengan teori Bonsma 1958. Bonsma (1958) mengungapkan konsep roda pada
peternakan tradisional, karena pada sistem peternakan tradisional ternaknya
tidak dilindungi oleh faktor lingkungan. Peternakan diumpamakan sebagairoda,
bila tidak ada gangguan maka roda akan menggelinding dengan mulus. Unsur-unsur
lingkungan fisik ternak secara umum digambarkan sbagai jari-jari dari sebuah
roda. Dalam ilustrasi ini manusia bertindak sebagai as roda, ternak sebagai
pusat roda dan manajemen sebagai pelumas untuk menjaga roda tetap
berputar, lingkaran permukaan roda menggambarkan lingkaran keseluruhan
yang ditopang bentuknyaoleh jari-jari roda yang melambangkan pengaruh berbagai unsur
lingkungan fisik tersebut. Arah anak panah melingkar menunjukkan interaksi
penting diantara unsur-unsur tersebut, apabila pengaruh dari suatu unsur
mencapai ekstrim maka satu jari-jariakan patah dan keseimbangan antara
lingkungan dan ternak menjadi terganggu. Apabila ternak ditempatkan pada
kondisi temperatur 80-100c diatas kisaran optimium maka roda akan
mencerminkan tekanan atau depresi. Keadaan demikian membuatternak berada dalam
tingkatan tidak nyaman dan menstimulir reaksi proses fisiolgi tertentu
yang membawa perubaran tingkah laku, yang mencakup menurunnya feedintake dan
sejumlah pengurangan efisiensi nisbah input dan output energi. Dampak utama
perubahan temperatur tidak langsung bereaksi tetapi melaui jalur tidak
langsung. Apabila kondisi temperatur yang tinggi berlangsung terus, maka
pengaruh tidak langsung terhadap ternak harus melalui ketidakcukupan atau
minimnya pakan, penyakit dan parasit akan membuat roda tersebut roboh.
Apabila beberapa jarinya hancur maka lingkungan yang demikian
membuat ternak menjadi kurangmenguntungkan baik efisiensinya maupun total
produktivitasnya.
2.2 Faktor Pengaruh Produktivitas Penampilan Ternak
2.1.1 Temperatur (Suhu Udara)
Temperatur udara sangat
penting sebagai faktor bioklimatik dalam lingkungan fisik ternak. Temperatur
udara disekitar ternak sangat penting untuk kenyamanan ternak dan fungsi-fungsi
proses fisiologisnya. Secara normal panas tubuh ternak akan dilepas secara
konduksi melalui permukaan kulit (panas ternak 330c) ke udara
yang lebih dingin disekitarnya. Tetapi temperatur udara yang berada diatas
kisaran kenyamanan (130-180c) maka pelepasan panas
menurun dan apabila temperatur udara melebihi temperatur kulit maka
aliran panas akan terjadi berlawanan arah. Temperatur dapat membuat ternak
hidup nyaman, kepanasanmaupun kedinginan. Ternak yang hidup didaerah tropis
umumnya banyak yang kepanasan, sumber panas selain dari matahari adalah
pancaran panas dari tanah. Pancaran panas dari tanah kering paling besar
terjadi pada sore hari, yang mana waktu tersebut bersamaan dengan mulainya
ternak yang akan digembalakan. Didaerah yang agak kering (semi arid) dan kering
(arid) temperatur udara mencapai di atas 400c. Temperatur
tersebut sangat mencekam kehidupan ternak terutama pada bagian tubuh
sebelah bawah (ventral). Walaupun demikian panas yang berasal dari
pantulan tanah cepat menghilang atau menurun, karena matahari juga cepat
tenggelam, inipun memberikan keuntungan pada ternak untuk melepas dengan
cepat panas tubuh yang tertimbun dengan cara konduksi ke tanah yangsudah dingin.
Cekaman yang berlangsung terus-menerus
mengakibatkan kaki ternak menjadi panjang dan tubuhnya tidak
dapat gemuk seperti halnya ternak-ternak di daerah dingin.
Pola temperatur udara yang berlaku juga dipengaruhi oleh
ketinggian tempat. Temperatur udara cenderung menurun
0,650setiap 100 m kenaikan tinggi tempat dari permukan laut.
Kecepatan angin dan sumber angin mempunyai arti penting terhadap
tempertatur udara yang berlaku.
2.1.2 Kelembaban Udara
Kelembaban
udara bersama-sama dengan temperatur udara berpengaruh terhadap fisiologis
ternak. Temperatur udara tinggi, kelembaban tinggi maupun temperatur udara
rendah dan kelembaban udara rendah tidak baik bagi kehidupan ternak.
Temperatur optimal untuk ternak 130c-180c (
McDowell,1977) dan 220c-270c ( Ames dan Ray,1983)
dengan kelembaban udara sedang maka akan menghasilkan daerah yang nyaman
bagi kehidupan ternak. Pelepasan udara pada tubuh ternak dapat dilakukan secara
radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Pelepasan udara tubuh yang
bergantung pada kelembaban udara adalah secaraevaporasi. Pelepasan udara secara
evaporasi dapat dikeluarkan melalui permukaan kulit ataupun saluran
pernapasan. Kelambatan atau kecepatan pelepasan tubuh secara evaporasi
akan mengganggu keseimbangan panas tubuh. Alat untuk mengukur kelembaban
udara yang sederhana dapat berupa pola basah dan bola kering.
Alat pengukur kelembaban
, tekanan dan tempertur udara sudah banyak diperjual-belikan. Dengan alat
ini kita dapat mengidentifikasi daerah kenyamanan. Kelembaban udara maksimum
terjadi pada pagi hari sedang kelembaban udara minimum dicapai pada sore
hari. Ternak yang selalu ada didalam kandang perlu diperhatikan kelembabannya.
2.1.3 Energi Radiasi
Ternak di daerah tropis perlu diadakan pengontrolan keseimbangan panas
tubuhnya. Radiasi yang datang bisa berasal dari matahari, hewan,
tumbuhan dan benda-benda lain yang memantulkan sinar. Energi radiasi
yang diterima saling di pantulkan, sehingga menyebabkan suhu udara menjadi
meningkat. Secara umum energi radiasi mempunyai korelasi negatif dengan
kelembaban, tetapi level radiasi mempunyai korelasi positif dengan
temperatur maksimum. Permukaan yang berwarna putih banyak memantulkan sinar,
bagi ternak yang berbulu putih lebih tahan di gembalakan dari pada
yang berwarna lainnya. Ternak yang berwarna hitam lebih mudah terengah-engah
sewaktu berada di padang pengembalaan yang terkena sinar matahari
langsung.
2.1.4 Gerakan Udara
Pergerakan udara dapat juga disebut angin. Angin bergerak dari
daerah padat arah udara renggang. Angin membawa panas tubuh ternak
melalui pergerakannya. Laju gerakan udara bergerak di atas permukaan kulit
ternak mempengaruhi laju pelepasan panas tubuh. Pelepasan panas tubuh ternak
akan sulit dibawa angin apabila bulu tubuh tidak dapat di tembus atau banyak kotoran yang
melekat. Pelepasan panas tubuh ternak secara evaporasi sangat
bergantung pada cepat atau lambatnya pergerakan udara di sekitar tubuh
ternak. Pelepasan panas tubuh ternak akan mudah terjadi jika suhu udara
sedang dan kecepatan angin tinggi. Angin akan membawa panas tubuh secara
konduksi sepanjang temperatur udara rendah bila dibandingkan temperatur
permukaan kulit. Akan tetapi jika pergerakan udara semakin meningkat maka
radiasi matahari menjadi bertambah. Angin yang mempunyai kecepatan
sekitar 8 km/jam-16 km/jam didaerah panas penting untuk menolong
ternak yang tercekam panas. Angin yang berhembus di malam hari dengan
kecepatan sekitar 8 km/jam-16 km/jam kurang menguntungkan bagi kehidupan ternak
di daerah tropis.
2.1.5 Curah Hujan
Akibat curah hujan, kelembaban dalam kandang meningkat yang
akan mengganggu kehidupan ternak. Disamping itu selama musim hujan banyak
mineral tanah yang tercuci. Akibatnya tidak sedikit
hijauan makanan ternak yang kekurangan mineral. Selama terjadi hujan,
matahari kurang terang bahkan tidak mengeluarkan atau menghasilkan cahaya ke
bumi. Kekurangan sinar matahari menyebabkan sistem lain menjadi terhambat.
Pola hujan musiman sangat penting bagi ternak karena;
a) Jumlah pakan yang dapat diproduksi.
b) Panjang waktu hijauan mempertahankan
kualitas.
c) Praktek penggembalaan dapat
dilakukan.
d) Kebutuhan akan penyiraman dan suplai
pakan suplemen.
e) Tipe pengawetan pakan yang paling
sesuai.
2.1.6 Cahaya
Periode cahaya dalam satu hari dinamakan foto periode dan didefenisikan sebagai
waktu matahari terbit dan terbenam. Cahaya sinar
matahari secara fisiologis mempengaruhi tubuh ternak, cahaya yang diterima
oleh mata ternak disalurkan ke hipotalamus yang dapat mensekresi hormon
yang dapat berfungsi untuk melestarikan hormon-hormon lain yang di
keluarkan oleh target organ.
2.1.7 Tekanan Udara
Di daerah tropis tekanan udara
tergantung pada letak daerah. Daerah ditepi pantai tekanan udaranya lain dengan
yang berada di pegunungan. Menurunnya tekanan atmosfir akan merangsang
jumlah konsumsi, tetapi jika tekanan tinggi sebagian makanan yang normal
diberikan tidak akan dimakan ternak. Pengembangan peternakan dengan
memperhatikan unsur-unsur lingkungan merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan produktivitas.
BAB III
KESIMPULAN
Melalui
pembahasan mengenai peran lingkungan terhadap ternak, dapat disimpulkan bahwa
lingkungan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan khususnya oleh
peternak dan umumnya oleh kita sebagai pembaca. Aspek pengaruh produktivitas seperti temperatur, kelembaban udara, cahaya,
dan lainnya seringkali dihiraukan oleh peternak karena adanya keterbatasan. Padahal
faktor tersebut merupakan lingkaran yang berkaitan dan harus mendukung satu
sama lain agar tercipta performa ternak yang maksimal, seperti yang diharapkan
oleh semua pihak terutama peternak itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Hahn,
G.L. 1985. Management and Housing of Farm
Animal in Hot Environment. In: Stress Physiology of Livestock. Vol. 1. M.K.
Yousef (Ed). CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida. P. 159 -168.
McDowell,
R.E. 1972. Improvement of Livestock
Production in Warm Climate. W.H. Freeman and Company, San
Frascisco.p.1-128.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar